Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Research Report - Engineering Science

ISOLASI DAN KARAKTERISASI SILIKA DARI SEKAM PADI Andy Chandra; YIP Arry Miryanti; Livia Budyanto Widjaja; Andika Pramudita
Research Report - Engineering Science Vol. 2 (2012)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7651.352 KB)

Abstract

Indonesia sebagai negara penghasil padi terbesar ketiga didunia menghasilkan limbahagrikultural yang melimpah. Sekitar 20% dari limbah agrikultural yang diperoleh pada prosespenggilingan padi merupakan sekam padi yang potensinya belum dimanfaatkan secaramaksimal. Sekam padi memiliki kandungan silika yang cukup besar yaitu sekitar 16-18%.Oleh sebab itu sekam padi dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif sumber bio-silikayang dapat dimanfaatkan dalam industri kaca, semen, adsorben, dan bahan keramik.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengisolasi silika dari sekam padi dengan melakukanperlakuan awal menggunakan larutan asam dan diikuti dengan perlakuan thermal. Kemudiandikaji lebih lanjut pengaruh perlakuan asam terhadap kemurnian dan karakteristik silika sertapengaruh kondisi perlakuan thermal terhadap karakteristik silika yang dihasilkan.Metode penelitian dibagi atas dua tahap yaitu tahap penyiapan sampel dan tahappenelitian utama. Pada tahap penyiapan sampel, sekam padi dicuci, dikeringkan dankemudian dilakukan penentuan kadar abu serta silika. Sedangkan pada tahap penelitianutama, proses isolasi silika diawali dengan perlakuan awal menggunakan asam klorida atauasam sitrat untuk penghilangan senyawa pengotor inorganik yang dilanjutkan dengan prosesthermal untuk penghilangan senyawa organik. Pembakaran dilakukan pada temperatur 350oC,550oC, dan 750oC selama 1, 5, dan 10 jam. Silika yang dihasilkan kemudian dianalisismorfologinya dengan Scanning Electron Microscopy (SEM), komposisi dan strukturnyadengan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) dan X-ray Diffraction (XRD), sertaluas permukaan spesifiknya dengan Brunauer, Emmett, Teller –Surface Area Analyzer (BETSAA).Yield abu dan silika yang diperoleh dari sekam padi pada penelitian ini berturut-turut~22% dan ~19%. Berdasarkan hasil SEM, silika paling banyak terdapat pada bagianepidermis luar sekam padi selain trikoma (rambut-rambut halus). Perlakuan awal denganasam klorida dan asam sitrat mampu mempertahankan struktur silika amorf walaupun dibakarpada temperatur 750oC serta silika murni berdasarkan uji XRD dan FTIR. Perlakuan awaldengan asam klorida dan asam sitrat dapat membantu melarutkan ion-ion pengotor dalamsekam padi sehingga dapat membantu meningkatkan luas permukaan spesifik abu sekampadi. Silika yang dihasilkan berwarna putih yang menunjukkan tingkat kemurnian yangcukup tinggi serta memiliki luas permukaan spesifik ~250-300 m2/g, sehingga memilikipotensi yang menjanjikan untuk dapat digunakan sebagai penyangga katalis atau adsorben.
TAHAP MONITORING DAN EVALUASI PENGABDIAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN GEREJA KATOLIK SANTO YUSUF KRETEK, PAROKI GANJURAN, DIY Ign Suharto; Anastasia Prima K; Andy Chandra
Research Report - Engineering Science Vol. 2 (2012)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.648 KB)

Abstract

Monitoring dan evaluasi terhadap motivasi, semangat, kekuatan mandiri untuk pemberdayaan dan menumbuhkan sifat kewirausahaan pada masyarakat di lingkungan Gereja Katolik Santo Yusuf Kretek, paroki Ganjuran. Salah satunya dengan membuat tempe yang pro-rakyat miskin. Pada pengabdian kali ini dilakukan pemantauan penggunaan alat dan mesin serta proses pembuatan susu kedelai dan tempe yang baik dan benar. Mendengarkan dan member solusi mengenai kendala-kendala dalam melakukan kiat – kiat analisis usaha susu kedelai dan tempe bagi usaha rumah tangga. Serta mengenalkan kerja sama metode penjualan dan pemasaran produk susu kedelai dan tempe.
Pengaruh pH dan Jenis Pelarut pada Perolehan dan Karakterisasi Pati dari Biji Alpukat Andy Chandra; Hie Maria Inggrid; Verawati Verawati
Research Report - Engineering Science Vol. 2 (2013)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1148.936 KB)

Abstract

Alpukat merupakan salah satu komoditas buah yang selalu ada setiap tahun. Berdasarkandata Biro Pusat Statistik (BPS), produksi buah alpukat di Indonesia dari tahun ke tahun cenderungmeningkat. Umumnya jika mengkonsumsi buah alpukat, bagian bijinya dianggap tidak bermanfaatsehingga dibuang sebagai limbah. Padahal, bagian biji alpukat tersebut jika mendapatkanpenanganan lebih lanjut dapat menjadi pati. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mempelajaripengaruh jenis larutan perendam dan pH larutan pada rendemen serta karakterisasi pati dari bijialpukat.Metode Penelitian yang digunakan adalah ekstraksi pati, dilakukan dalam kondisiperendaman dengan rasio biji alpukat dan larutan perendam (F/S) sebesar 1:5 menggunakan larutanperendam natrium metabisulfit, asam askorbat, dan asam sitrat dengan variasi pH larutan asam (±3),netral (±7), dan basa (±10) serta waktu perendaman selama 24 jam. Analisis-analisis yangdigunakan dalam menentukan perolehan dan kualitas mutu pati dari biji alpukat pada bidangmakanan yakni penentuan rendemen pati, kadar pati, kadar sulfit, kadar air, kadar abu, dan kadarprotein. Dari hasil tersebut maka dapat dibandingkan rendemen pati dari berbagai variasi yang telahdilakukan.Berdasarkan hasil penelitian, rendemen pati tertinggi didapat pada larutan perendam natriummetabisulfit dengan pH netral, konsentrasi larutan natrium metabisulfit 2000 ppm, rasio perendaman1:5, dan waktu perendaman selama 24 jam yaitu sebesar 12,99%. Kadar pati tertinggi didapat untukproses ekstraksi pati biji alpukat pada larutan perendam asam askorbat dengan pH netral,konsentrasi larutan asam askorbat 2000 ppm, rasio perendaman 1:5, dan waktu perendaman selama24 jam yaitu sebesar 74,68%. Pati biji alpukat yang dihasilkan memiliki kadar air pati biji alpukatsebesar 11,81% - 15,73%, kadar abu sebesar 0,97% - 1,25%, dan kadar sulfit sebesar 39,82 ppm –41,36 ppm. Hasil samping dari penelitian ini yakni zat warna alami biji alpukat berwarna merahbata.
STUDI AWAL EKSTRAKSI BATCH DAUN STEVIA REBAUDIANA BERTONI DENGAN VARIABEL JENIS PELARUT DAN TEMPERATUR Andy Chandra; Novalia Novalia
Research Report - Engineering Science Vol. 2 (2014)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1689.193 KB)

Abstract

Daun stevia merupakan bahan pemanis alami dengan kelebihan tingkat kemanisan 300 kali dari gula tebu. Pembudidayaan stevia yang relatif mudah dan aman jika dikonsumsi menjadikan pemanis stevia sebagai alternatif dari pemanis sintesis yang bersifat karsinogenik. Stevia dapat tumbuh di dataran dengan ketinggian 500 – 1000 meter di atas permukaan laut. Kondisi optimum untuk pertumbuhan tanaman ini yaitu pada suhu 14 – 27 °C dan pH antara 6,5 –7,5. Tanaman stevia dapat dipanen pada saat tanaman berumur 40 – 60 hari yaitu menjelang stadium berbunga karena pada saat inilah kandungan steviosida maksimal.Ekstraksi daun stevia pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode ekstraksi padat cair secara batch dengan pengontakan dispersi menggunakan pelarut air, metanol,atau etanol. Ekstraktor yang digunakan berkapasitas 1 liter dilengkapi dengan motor pengaduk, impeller (paddle), waterbath, dan kondensor. Penelitian diawali dengan pretreatment daun stevia yang meliputi pencucian, pengeringan, pengecilan ukuran, dan penyeragaman ukuran daun. Pengeringan dilakukan selama 4 jam dengan temperature 70 °C sehingga menghasilkan kadar air daun sebesar ± 5,37%. Daun stevia kemudian diekstraksi dengan memvariasikan temperatur (45°C, 50 °C, dan 55 °C) serta jenis pelarut (metanol, etanol, dan air). Analisa yang dilakukan yaitu kadar air, kadar abu, kadar steviosida, HPLC, dan gugus fungsi ekstrak daun stevia (FTIR).Hasil penelitian menunjukkan pelarut etanol menghasilkan yield ekstrak paling tinggi. Semakin tinggi temperatur, maka semakin besar yield ekstrak yang diperoleh serta semakin tinggi kadar abu ekstrak. Air menghasilkan kadar steviosida dari ekstrak paling tinggi karena air merupakan pelarut paling polar dibandingkan dengan etanol maupun metanol.Kata kunci: gula, stevia, steviosida, ekstraksi